Staisyaichona.ac.id – Mahasiswa PBA angkatan 2023 menerbitkan buku berjudul “Kampung Halamanku Perspektif Moderasi Beragama”, yang menggali nilai-nilai toleransi, inklusivitas, dan pemahaman mendalam terhadap keberagaman di kampung halaman mereka masing-masing. Buku ini merupakan karya bersama yang diinisiasi oleh Kaprodi PBA sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak akan moderasi beragama di tengah masyarakat yang semakin heterogen.
Peluncuran buku ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Ketua Senat STAI Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, R. KH. Mohammad Nasih Aschal, M.Pd dan para tokoh masyarakat Madura, karena dianggap sebagai bentuk kontribusi nyata generasi muda dalam menjaga kedamaian dan kebersamaan di tengah keberagaman.
Buku Kampung Halamanku Perspektif Moderasi Beragama menyuguhkan perspektif mahasiswa tentang bagaimana moderasi beragama dapat menjadi landasan penting dalam membangun kehidupan yang harmonis di masyarakat mereka sendiri.
Dalam berbagai judul, mahasiswa mengangkat pandangan mengenai cara-cara sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat kampung halaman mereka untuk mempraktikkan moderasi beragama di kehidupan sehari-hari, serta menekankan pentingnya menghormati perbedaan tanpa mengurangi kecintaan pada nilai-nilai agama yang dianut masing-masing. Setiap mahasiswa memilih fokus esainya berdasarkan empat pilar Moderasi beragama; Komitmen Kebangsaan, Toleransi, Anti Kekerasan, dan Akomodatif terhadap Budaya Lokal.
Selain memberikan kata pengantar, Dr. Fera Andriani Djakfar sebagai Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) juga menjadi editor buku tersebut dan terus mengawal proses penulisan buku bersama tim inti yang terdiri dari 4 orang mahasiswa, yaitu Moh. Abu Hamid, Daqoiqul Ahbar, Faradila Aulia Rahma, dan Elqori’ Nada Maulidia. Awalnya kumpulan esai ini merupakan tugas dari mata kuliah Pancasila, yang kemudian dikumpulkan dan diberi sebuah tema besar.
Dalam komentarnya, Ketua Senat STAIS menyampaikan penghargaan kepada para mahasiswa yang telah menulis buku ini. “Saya sangat mengapresiasi dedikasi anak-anak muda yang dengan penuh semangat menulis tentang kampung halaman mereka dan menghadirkan analisis yang mendalam dari sudut pandang moderasi beragama. Langkah ini tidak hanya memperkaya literatur lokal, melainkan juga mempromosikan nilai-nilai toleransi dan pemahaman keberagaman dalam masyarakat,” komentar Kiai Nasih. Beliau juga berharap buku ini dapat menjadi referensi bagi generasi muda lainnya dan menginspirasi berbagai kalangan untuk membangun kampung halaman yang inklusif dan harmonis.
Senada dengan Kiai Nasih, tokoh masyarakat sekaligus pengasuh Ponpes Al-Hikam Kemayoran Bangkalan, Prof. Dr. KH. Moh. Hasan Syafi’i, M.Ag, memberikan apresiasi yang luar biasa. “Kegiatan ini perlu dikembangkan, bahkan amat penting. Tidak sekadar menjadi buku, melainkan juga dokumen, masukan, dan informasi valid tentang desa-desa itu kepada pihak pemerintah.”
Salah satu penulis, Moh. Abu Hamid, menjelaskan bahwa dia bersemangat menulis antologi esai ini karena ingin mengangkat nama kampung halamannya, yaitu Dusun Probungan, untuk lebih mendunia, “Komitmen kabangsaan menjadi fokus tulisan saya, karena warga dusun kami sangat mencintai tanah air. Terbukti kami selalu mengadakan upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan, dan setiap hari santri dengan lantang kami nyanyikan lagu ‘Ya Lal Wathon,’” kata Abu Hamid.
Buku Kampung Halamanku Perspektif Moderasi Beragama diharapkan mampu menginspirasi mahasiswa lainnya untuk ikut membuat karya tulis. Bahkan, ketua Lembaga Penjamin Mutu (LPM) STAIS, Bapak Ahmad Mujalli, MH., mengusulkan agar setiap tugas mahasiswa nantinya bisa menghasilkan output berupa buku, sehingga STAIS bisa memiliki banyak karya buku pada setiap semesternya.
Dengan peluncuran buku ini, para mahasiswa berharap dapat mengajak lebih banyak orang untuk memahami pentingnya moderasi beragama dan menjaga persatuan di tengah perbedaan. Semoga karya ini menjadi inspirasi dan menumbuhkan semangat toleransi bagi generasi muda di Indonesia. Bagi yang berminat membaca buku ini, bisa meminjamnya di perpustakaan STAIS.
Oleh: FAD