Staisyaichona.ac.id – Kegiatan yang dikemas dengan Kajian Khusus (KASUS) ini merupakan salah satu program yang telah dirancang oleh para Pengurus Hima Prodi Hukum Pidana Islam STAI Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.
Adanya kegiatan kajian (23/6) tersebut dikhususkan untuk seluruh mahasiswa/i HPI STAIS Bangkalan dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan diluar materi perkuliahan, juga untuk memupuk solidaritas antar mahasiswa HPI itu sendiri sehingga nantinya dapat berbagi wawasan dan pengalaman satu dengan lainnya.
Kajian dengan tema “Instrumen Hukum Untuk Mewujudkan Keadilan Gender” tersebut dibahas melalui kacamata hukum dan juga Islam, dengan tujuan para mahasiswa/i mampu memahami tentang keadilan gender dengan berbagai perspektif, guna tidak ada lagi ketimpangan-ketimpangan yang tidak wajar, lebih-lebih dalam ranah kampus. Gender yang merupakan konstruksi masyarakat, tidaklah semua bisa dinilai sama. Tentunya harus benar-benar mampu dalam menganalisa keadaan sekitar. Namun bukan berarti pula harus dibeda-bedakan antar jenis kelamin yang memang sudah bawaan sejak dilahirkannya manusia ke dunia.
Sesuai apa yang disampaikan oleh Fauzi selaku Gubernur Hima Prodi HPI STAIS Bangkalan bahwa sebagian dari mereka (mahasiswa/i) terkadang insecure terhadap kemampuan mereka sendiri, sehingga timbullah adanya ketimpangan terhadap diri mereka sendiri. Seperti halnya potensi yang mereka miliki enggan untuk dikembangkan.
“Melihat kenyataan sekitar, banyaknya potensi yang dimiliki masing-masing mahasiswa/i, namun tanpa disadari mereka enggan untuk mengembangkan bakat serta minat yang mereka miliki dengan berbagai alasan yang diutarakan. Terutama bagi para mahasiswi, yang notabenenya mayoritas santri, dengan kesibukan dalam menuntut ilmu di pondok pesantren dengan segudang kegiatan dalam kesehariannya sehingga masih merasa kesulitan dalam memanajemen waktu. Namun tak banyak pula diantara mereka yang masih sedikit malu, tidak percaya diri akan kemampuan yang telah dimilikinya.” Ucapnya saat ditemui pasca kajian
“Namun kami yang sudah dipercayai dan diberi amanah dalam kepengurusan Hima Prodi HPI ini tidak akan menyepelekan potensi-potensi yang dimiliki oleh para mahasiswa HPI STAIS Bangkalan, dengan usaha dan kemampuan kami juga tidak membedakan antar mahasiswa dan mahasiswi.” Tambahnya
Tentunya dalam kajian yang dilaksanakan di kampus STAIS Bangkalan ini diharapkan tidak hanya memahami tentang keadilan gender belaka, namun besar harapan nantinya dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat ketika sudah pulang ke rumah masing-masing mengingat sebagian darinya santri di pondok pesantren. Dengan niatan ia mampu sedikit menghilangkan jejak-jejak diskriminasi, kekerasan, subordinasi, marginalisasi serta ketimpangan gender lainnya yang kerap terjadi dalam lingkup kampus atau masyarakat sekitar.
Sebelum kajian tersebut diakhiri, Lulu’ Mashliha, S.H. yang ditunjuk sebagai pemantik untuk menemani kajian tersebut, juga selaku senior HPI STAIS Bangkalan berpesan untuk tetap menjaga nama baik kampus STAIS lebih-lebih Prodi HPI. Dengan adanya kajian ini, baik mahasiswa ataupun mahasiswi selaku pelajar terdidik sepatutnya dapat berbaur dalam segala ranah, mampu menganalisa keadaan dan bisa ditempatkan dalam keadaan apapun.
Tentunya dapat membawa dampak positif yang bisa diterima pula oleh masyarakat sekitar. Dimana pun kita menuntut ilmu, lambat laun kita akan kembali bermasyarakat, maka gunakan kesempatan selama menjadi mahasiswa ini dengan sebaik-baiknya, perbanyak relasi, pengalaman serta memperkuat intelektual, agar tidak ada lagi ketimpangan-ketimpangan yang kerap terjadi, terutama dalam lingkungan desa.
Sebagaimana mahasiswa baik laki-laki ataupun perempuan semua sama, yang membedakan hanya bagaimana kita bertaqwa kepada Allah SWT. Maka bertindaklah kalian sebagai solusi dari adanya ketimpangan gender tersebut.
By: Ms